Sedikit Risalah dari tulisan
yang saya masukan di blog saya.Mungkin sekiranya dapat membantu.
Papper size A4 8.27x11.69
Kita mengetahui 4 prinsip dasar dari Marketing atau 4 P’s yaitu:
1. Product
2. Price
3. Place
4. Promotion
Tapi dalam prakteknya 4 P’s dapat di
kembangkan seperti dibawah ini
5 hal yang mempengaruhi
Customer dalam Buyer Decision Making
Process :
1. Distribution : Apakah product tersebut tersedia “dimana saja”
2. Price : Apakah produk itu
mempunyai harga yang sama, lebih mahal,atau lebih murah dengan
product competitors kita.
3. Taste : Apakah rasa yang di tawarkan cocok dengan selera Customer.
4. Packaging :
Kemasan yang digunakan apakah menarik atau tidak.
(dan hal yang paling sering
dilupakan)
5. Custumer Service :
Attitude dari orang yang menawarkan apakah menyenangkan atau
sebaliknya.
Perusahaan Artha
Boga Cemerlang memang adalah perusahaan yang hanya bergerak dalam bidang distribusi untuk Orang
Tua Group, dan memang sudah sepantasnya fokus pada Proses dan jalur
distribusi . Tapi kelima hal diatas adalah suatu kesatuan yang tidak dapat di
kesampingkan dalam melakukan proses sales dari sebuah
produk kepada para pembeli.
Kelima
hal di atas haruslah dipenuhi oleh sebuah product untuk
dapat diterima di pasar, kelimanya juga harus saling menunjang satu sama lain untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam suatu proses
penjualan.
Distribution/Place
Distribusi atau place dalam marketing mix meliputi distribution
channels, covarage, assortment, inventory, transport, dan locations.
Untuk lebih jelasnya saya akan mengambarkan
sedikit mengenai proses distribusi yang dapat di
impelentasikan secara garis besar.
1. Bagilah penjualan dalam Area-area sehingga gampang di
monitor
Contoh : Area Jakarta
Area Jakarta dapat di bagi menjadi 4
bagian/Distrik ( Jakarta Pusat termasuk didalamnya) ; Utara, Timur, Selatan,
dan Barat.
Sub-Distrik
Contoh : Jakarta Barat
Jakarta Barat dapat dibagi dalam beberapa
sub-distrik yang nantinya akan di tangani oleh 1 orang sales person.
2. Kategorikan Target Market kita ( Retailer) dalam Huruf
sesuai dengan Target Market Retailer itu sendiri..
Kategori A : Hypermart,Supermarket,Mall,
Kategori B : Minimarket ( Indomaret.
SevenEleven, Alfamart,etc)
Kategori C : Toko-Toko,warung, semua potensial
retailer di bawah kategori minimarket.
Kategori Z : Pedagang kakilima yang berjualan
di pinggir2 jalan.
3. Kategorikan Retailer berdasarkan Angka
A1 :
Retailer berskala A dan mempunyai Potential Market Besar.
A2 :
Retailer berskala A tapi mempunyai Potential Market Sedang.
A3 :
Retailer berskala A tapi mempunyai Potential Market Kecil.
B1 :
Retailer berskala B dan mempunyai Potential Market Besar.
B2 :
Retailer berskala B dan mempunyai Potential Market Sedang
B3 :
...........
etc.
(Skala angka dapat
diturunkan sesuai kebutuhan)
4. Kategorikan Retailer berdasarkan Warna.
Biru : Penjualan tinggi dan perputaran barang yang cepat.
Merah : Penjualan sedang dan tingkat perputaran menengah.
Kuning : Penjualan rendah dan tingkat perputaran barang yang lambat.
5. Kategorikan Retailer
Berdasarkan Tingkat Tingkat Perputaran barang ( Turnover)
Mengetahui tingkat turnover
suatu produk sangat membantu penjualan, karena sales akan mengetahui kapan dia
akan kembali ke toko yang sama dan produk apa yang harus dijual. Hal ini tidak
hanya sebatas pada divisi yang sama, contohnya divisi makanan ringan ataupun
minuman. Data ini juga dapat dibagi ke divisi
yang lain sehingga terjadi synergy antara divisi yang saling mensupport
sesama pruduk dari Orang Tua Group.
Dengan mengunakan jenis database berbasis kategori seperti ini,
nantinya proses penjualan tidak berjalan secara membabi buta kesemua toko dan
retailer, tanpa mengetahui jenis barang mana yang akan dijual dan seberapa lama
sales force kita akan kembali ke toko yang sama dalam jangka waktu tertentu.
Hal ini tentu tidak berlaku jika suatu produk baru sedang melakukan
expansi atau pengenalan terhadap pasar. Dalam hal expansi, sales harus
mengunjungi setiap retailer dan berusaha menjual produk itu sebisa mungkin
sehingga
“Availability” atau tinggkat
ketersedian barang itu semakin tinggi disetiap gerai.
Dengan metode seperti ini nantinya akan
terbentuk dengan sendirinya sebuah pemetaan Penjualan dan Distribusi yang
efisien dan efektif. Disamping dapat memudahkan para
Sales dan Manager, teknik
mapping ini juga bertujuan agar para
Sales Person, Manager, ataupun Regional Manager
dalam merancang strategi penjualan yang tepat dan sesuai
untuk setiap daerah penjualanya.
Dengan menggunakan fasilitas GoogleMap, para sales nantinya akan
dibekali dengan map kosong seperti bawah ini untuk setiap wilaya penjualan.
Pemetaan inilah yang akan digunakan nantinya baik dalam memutuskan jalur mana
yang akan dilalui, cakupan wilayah,sampai kepada identifikasi retailer
(product,kategori,competitor,jumlah pembelian,dll)
Sebagai Gambaran kasarnya, Mapping diatas akan berbentuk seperti dibwah ini.
Selain memudahkan para Sales Force untuk mengidentifikasi retailernya,
mapping ini juga dapat membantu Manager dari area yang terkecil sampai kepada
Regional Manager sekalipun dalam membuat
keputusan-keputusan strategis yang sesuai dengan jenis product dan wilayah
Salesnya masing-masing. Data-data ini nantinya dapat dipakai untk program Sales
Mapping yang lebih advanced yang nantinya akan lebih focus kepada data-data
macro secara keseluruhan seperti Microsfot Mappoint/SalesTerritoryMap/Smartdraw
dll.
Salah satu alternatif fungsinya adalah seperti contoh dibawah ini:
Team Jakarta Barat (dengan target tertentu) dengan 10
sales person.
2 orang sales akan pergi memasarkan product ke retailer kategori A
2
orang sales akan pergi memasarka product ke retailer kategori B
3 orang sales akan pergi memasarkan
product ke retailer kategori C
3 orang sales akan pergi memasarkan
product ke retailer kategori Z
Selain mempermudah proses penjualan, distribusi
dan analisa database management customer seperti diatas dapat memberikan kesan
seolah-olah terdapat jenjang karir kepada Sales Force kita. Dari
semula kegiatan pemasaran ke tempat-tempat dipinggiran, jalanan ataupun warung, menjadi ke mall-mall ataupun ke
minimarket-minimarket.
Untuk
Retailer Kategori C dan Z, para
sales dapat saja mengunakan pakaian bebas, sedangkan kategori A dan B para
sales ada baiknya menggunakan kemeja
yang rapi dan sopan.
Pendekatan kepada retailer pun akan berbeda.
Cara kita berbicara, bernegosiasi display, ataupun harga
dengan para pedagan kaki lima/ warung akan sangat berbeda ketika berbicara
dengan Manager minimarket .(Mungkin dari pihak ArthaBoga sendiri sudah mempunyai orang-orang khusus
untuk penjualan ke Mall dan Minimarket,jadi mungkin ini hanya gambaran kasarnya
saja apabila belum ada)
Managing Personel
Dari segi managing personel, cara yang di
terapkan tidak bisa seperti seolah-olah kita menguras habis seluruh energi sales
person kita dan membuangnya ketika tidak diperlukan lagi. Seringkali seorang Sales Manager
akan memaksa sales force mereka untuk melakukan penjualan tanpa
mempertimbangkan kemampuan dan tingkat stress yang dialami oleh sales
force tersebut. Saya sering melihat sikap seorang sales manager yang
bersikap cuek dan marah secara berlebihan apabila target yang diberikan tidak
tercapai tanpa memberikan solusi dan pemecahan
yang tepat akan masalah
yang di alami oleh sales forcenya. Seringkali tanpa mereka sadari, kesalahan itu
sebenarnya terletak pada diri mereka sendiri yang tidak mampu “men-service” dan
memperlakukan anak buah mereka selayaknya seorang pemimpin.
Ada beberapa alasan target yang diberikan sering kali tidak tercapai:
1. Product yang dijual tidak menarik
2. Tingkat Stress karyawan yang terlambat di atasi.
3. Jalur
distribusi yang salah
4. Cuaca
5. Management karyawan yang kurang.
6. dll
Poin ke 2 adalah yang paling sering terjadi pada karyawan
terutama yang tingkat mobilitasnya tinggi dan
mereka yang target oriented.
Seorang Sales Manager yang baik harus
bisa menditeksi dan menetralisir sejak dini potensi stress yang ada pada
sales force nya sehingga tidak menimbulkan efek berkepanjangan yang nantinya
dapat merugikan perusahaan.
Di bawah ini adalah gambaran umum mengenai tingkat stress dan cara
pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang atasan.
Ketidakmampuan atasan untuk menangani stress
bawahanya secara tepat dan cepat dapat menimbulkan efek seperti yang saya
gambarkan di atas. Mereka menjadi malas, mudah marah, berdusta, sering sakit,
sampai kepada memalsukan faktur-faktur penjualan demi target yang ditetapkan Sales Managernya. Dalam hal memalsukan faktur penjualan, bagi saya ini
merupakan hal yang tidak bisa ditolerir dan harus ditindak tegas. Sales
mananger dapat memberikan peringatan baik pertama atapun kedua, dan untuk
peringatan ketiga (secara pribadi) dipersilahkan sales yang bersangkutan untuk
“angkat kaki” dengan cara baik-baik ( resign) atau perusahaan dapat mengancam
dengan mengenakan pasal pidana penipuan kepada sales yang bersangkutan untuk
memberikan efek jera kepada sales-sales yang lain.
No comments:
Post a Comment